RilisNesw.com | Jakarta – Sistem Transit Cukai ASEAN (ASEAN Customs Transit System/ACTS) disebut dapat mempercepat mobilitas pasokan barang yang dibutuhkan di tengah situasi pandemi, termasuk obat-obatan dan vaksin, menurut pejabat ASEAN dan Uni Eropa (EU) yang mendanai program tersebut.
Dalam konferensi pers virtual usai peluncuran ACTS, Senin, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN Aladdin D. Rillo dan Duta Besar EU untuk ASEAN Igor Driesmans bersepakat bahwa sistem ACTS dapat dimanfaatkan untuk pengiriman barang kebutuhan dengan lancar antarnegara peserta selama masa pandemi.
“Terkait transportasi kebutuhan khusus, terutama untuk kondisi pandemi, saya kira barang-barang itu akan dapat dikirimkan dengan mudah tanpa perlu karantina dan ini akan berguna untuk memastikan distribusi barang-barangnya dilakukan dengan cepat,” ujar Rillo.
“Satu elemen yang tidak secara langsung disasar oleh inisiator ACTS adalah bahwa kita ternyata juga harus menangani pandemi, namun faktanya melalui ACTS ini barang kebutuhan khusus, dan bahkan vaksin, dapat berpindah lebih cepat dengan cara yang lebih mudah,” kata Driesmans.
ACTS adalah sistem pengelolaan bea cukai secara daring yang mengizinkan pengiriman barang impor antarnegara ASEAN dilakukan hanya dengan satu dokumen kepabeanan dari lokasi pemberangkatan hingga tujuan, meskipun melewati beberapa perbatasan negara.
Dalam masa operasional awal ini, ACTS baru berlaku dengan cakupan wilayah ASEAN yang berbatasan darat langsung, yaitu Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, serta Vietnam; dan Myanmar akan ikut serta tahun depan.
Sementara untuk negara kepulauan – Indonesia, Filipina serta Brunei Darussalam — belum bergabung karena transportasi dalam sistem ini yang terbatas pada moda perjalanan darat saja.
Pada aspek lainnya, pemberlakuan ACTS, yang membuat transportasi perdagangan antarnegara ASEAN menjadi lebih efisien dengan memangkas waktu dan biaya operasional, diyakini akan memunculkan mobilitas logistik yang lebih hijau.
“Fakta bahwa ACTS menawarkan pengurangan biaya operasional secara signifikan akan mendorong ekspeditur dan operator transportasi di kawasan untuk menggunakan moda transportasi darat yang diinginkan, dan jika dikombinasikan dengan tujuan meningkatkan logistik hijau, hal ini akan berdampak pada perubahan iklim dan lingkungan kita,” kata Rillo. (*)
Sumber: Antara